...
Tampilkan postingan dengan label Materi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Materi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 April 2016

Perancangan Jaringan FTTX dengan Optisystem

Selamat Malam.
Salam.

Saya sekarang ingin membahas bagaimana caranya membuat perancangan jaringan FTTX (Fiber To The X) dengan menggunakan software Optisystem.
Pertama, apa itu Optisystem? jadi Optisystem adalah sebuah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi suatu jaringan fiber optik mulai dari sentral sampai end-user, selain itu Optisystem juga mendukung untuk pengukuran jaringan seperti Power Link Budget dan Rise Time Budget. 

Oke kita mulai ya...

Dalam melakukan perancangan jaringan FTTX, ada beberapa poin penting yang harus kita tentukan terlebih dahulu, diantaranya:
  1. Panjang link atau jalur dari sentral s/d pelanggan.
  2. Daya pancar di sentral.
  3. Panjang gelombang yang digunakan.
  4. Penggunaan penguat atau amplifier.
  5. Berapa kali sambungan kabel.
  6. Responsivitas perangkat penerima.
Setelah kalian mengetahui requirements dari beberapa poin tersebut, jadikanlah nilai tersebut sebagai tolok ukur atau standard dalam menentukan kualitas jaringan.

Berikutnya adalah memulai perancangan...
Pada kasus ini yang akan saya contohkan adalah perancangan jaringan FTTH (FTT-Home) karena merupakan perancangan jaringan optical fiber yang paling kompleks. Dalam perancangan ini saya menggunakan cara 2-stage untuk arah downstream dengan mengacu pada teknologi GPON.

Apa itu 2-Stage?
Jadi, dalam perancangan jaringan kabel optik ada 2 cara : 1 stage dan 2 stage. Sesuai dengan namanya, cara 1 stage hanya menggunakan splitter pasif 1:32 di posisi ODC, sedangkan 2-stage menggunakan splitter pasif 1:4 di ODC dan 1:8 di ODP. Peruntukan 2-stage adalah untuk jaringan perumahan kelas menengah ke bawah, sedangkan 1-stage lebih diperuntukkan untuk wilayah VIP dan berkelas serta customer enterprise seperti hotel berbintang, office, mall, dll.

Oh iya, dalam melakukan perancangan FTTX ingat kembali arsitektur jaringan FTTX mulai dari sentral sampai dengan user. Kalau kita urutkan mulai dari sentral berarti ada OLT, ODF, ODC, ODP, roset, dan ONU/ONT. 



Untuk arah downstream digunakan panjang gelombang 1490 nm, sedangkat untuk arah upstream menggunakan panjang gelombang 1310 nm. 

  1. Pertama yang harus kita lakukan adalah membuat road-map mulai dari sentral (dalam hal ini berarti OLT). Pada software optisystem tidak disediakan perangkat OLT secara implisit, tapi kita bisa menggunakan perangkat Optical Transmitter sebagai penggantinya yang menyerupai fungsi dari OLT itu sendiri. Buka di folder Default -> Transmitter Library -> Optical Transmitter -> Optical Transmitter, lalu drag and drop ke lembar projectnya.
    Kita bisa mengubah konfigurasi transmitter tersebut dengan cara double click pada icon perangkat untuk menampilkan window Properties.


    Pada window properties kita dapat mengatur frekuensi (atau panjang gelombang) kerja optical source, power, extinction ratio, bitrate, jenis modulasi, duty cycle, rise time, dll. Semua pengaturan dapat kita atur secara manual tergantung konfigurasi yang diinginkan.
  2. Selanjutnya adalah merancang bagian ODF. KIta harus tahu dulu fungsi ODF seperti apa, ODF adalah suatu perangkat yang bisa dikatakan sebagai perangkat pembagi dari satu sentral untuk dibagi-bagi ke dalam beberapa wilayah yang terpisah, Bentuk dari ODF sendiri biasanya seperti rak bertingkat yang  setiap baris dan kolomnya memiliki identitas yang berbeda sesuai dengan wilayah/daerah yang dicatu.
    Dalam merancang ODF, yang perlu kita pasang diantaranya adalah patch cord, connector, dan adaptor. Beberapa tools tersebut dapat kita temukan di folder Default -> Passive Library -> Optical. Sedangkan patch cord sendiri dapat kita ibaratkan sebagai suatu optical fiber cable. Untuk mengatur kriteria dari masing-masing tools, cukup double click untuk memunculkan window properties.
  3. Yang ketiga adalah ODC, pada ODC biasanya ditempatkan passive splitter 1:4 dimana berarti 1 core fiber input akan menghasilkan 4 core fiber output. Untuk lebih memberikan suatu gambaran yang nyata, berikan juga adaptor dan connector sebagai penghubung ke splitter tersebut. Untuk perangkat splitter, yang perlu kita setting adalah besarnya loss/redaman (dalam dB) melalui window properties sesuai dengan datasheet perangkat di lapangan.
    Karena biasanya jarak dari ODF menuju ODC yang cukup jauh dan kabel fiber optik dalam satu haspel tidak cukup jangkauannya, maka diperlukan suatu sambungan kabel, oleh karenanya diperlukan suatu sambungan dengan splicing. Pada optisystem, splicing dapat kita ibaratkan dengan suatu attenuator yang memiliki loss tertentu.
  4. Keempat adalah ODP, ODP biasanya diletakkan di atas tiang atau di bawah (ground) layaknya kotak listrik di taman. Pada posisi ODP ditempatkan passive splitter 1:8, fungsi splitter sendiri adalah untuk membagi power/daya. Jika misalkan kita memiliki daya input 10 dBm, maka setiap cabang output dari splitter akan menghasilkan 1,25 dBm jika dalam kondisi ideal (tanpa ada loss perangkat, L= 0 dB). Sama halnya dengan ODC, berikan juga connector dan adaptor untuk lebih memberikan kesan nyata (real) terhadap perancangan yang kita buat.
  5. Kelima adalah roset, roset adalah perangkat terminasi akhir setelah kabel optik memasuki rumah (premises) sebelum menuju ke ONU/ONT. Roset biasanya berupa kotak kecil yang berisi adaptor dan mechanical splice. Mechanical splice dapat kita ibaratkan sebagai suatu perangkat attenuator, oleh karenanya kita harus menentukan terlebih dahulu berapa besar attenuasi dari perangkat tersebut. 
  6. Yang terakhir adalah ONT yang merupakan terminasi terakhir dari kabel optik dimana nantinya output sudah berupa kabel tembaga (bukan lagi kabel fiber optik). Perangkat ONT dapat kita ibaratkan sebagai suatu Optical Receiver yang dapat kita temukan pada folder Default -> Receivers Library -> Optical Receivers -> Optical Receiver. Selanjutnya adalah drag and drop ke project kita. Melalui window properties, yang  dapat kita atur diantaranya adalah Gain, ionization ratio, responsivitas, dark current, frekuensi cut off, insertion loss, dll.
  7. Selesai.
Lalu bagaimana cara mengetahui bahwa perancangan kita sudah berjalan dengan baik atau tidak? Cukup pasangkan perangkat BER Analyzer (Default -> Visualizer Library -> Electrical) untuk mengecek nilai BER dan Q-Factor, atau Optical Power Meter (Default -> Visualizer Library -> Optical) untuk mengetahui besaran power/daya yang diterima.
Ketentuannya adalah nilai BER tidak boleh lebih besar dari 1x10^-9 (BER <= 1x10^-9), sedangkan Q-factor harus lebih dari 6 (Q >= 6). Untuk power tidak ada kriteria/acuan khusus melainkan harus disesuaikan dengan responsivitas perangkat penerima (receiver).


Contoh hasil perancangan FTTH di Optisystem adalah sbb:


Oh iya selain make Optisystem, aku saranin temen-temen juga belajar pake software lain untuk mendukung perancangan jaringan FTTX ini, misalnya:

  • AutoCAD,
  • Map Info,
  • Garmin (Map Source),
  • Google Earth,
  • dll.
Read More

Minggu, 20 Maret 2016

Distributed Coordination Function (DCF) IEEE 802.11

DCF


Distributed coordination function (DCF) adalah salah satu sublayer dalam layer MAC. DCF dimiliki oleh semua jenis STA dan metode akses yang paling dasar dari DCF dikenal sebagai CSMA/CA. Metode akses digunakan untuk mengindera medium. Jika kanal sedang idle, maka STA pengirim harus memverifikasi dahulu apakah kanal idle sesuai dengan durasi yang dibutuhkan. Suatu pengiriman dikatakan sukses jika STA pengirim menerima balasan berupa frame ACK dari STA penerima.

Basic Access


Basic Access (BA) adalah metode pengaksesan medium yang harus ada pada seluruh STA dan bersifat mandatory. Tujuan digunakannya BA adalah untuk menghindari kemungkinan terjadinya collision saat pengiriman data antar STA. Dengan menggunakan BA, secara umum suatu STA dapat menunda pengiriman data apabila medium sedang sibuk atau digunakan oleh STA lain. Sedangkan, jika medium idle dalam waktu lebih besar atau sama dengan satu periode DIFS atau EIFS, maka STA berhak untuk memulai pengiriman.

Gambar 1 Mekanisme BA

RTS/CTS


Metode pangaksesan medium yang lain adalah Request to Send/Clear to Send (RTS/CTS). Metode ini bersifat opsional pada setiap STA. Pengembangan metode RTS/CTS adalah dengan penambahan pengiriman frame control berupa frame RTS dan frame CTS untuk meminimalisir terjadinya collision dan mengurangi efek hidden node.
Mekanisme RTS/CTS selalu dikombinasi dengan Network Allocation Vector (NAV). Jika satu STA telah menduduki kanal, maka STA lain akan menginisiasi NAV dimulai sejak akhir frame RTS hingga akhir frame ACK. NAV dapat diibaratkan sebagai durasi waktu satu STA mengakses medium. Dalam durasi NAV, STA lain tidak dapat mengakses medium karena masih ada satu STA yang sedang menduduki kanal. Jika periode NAV telah selesai, maka STA lain diperbolehkan mengakses medium kembali. Berakhirnya NAV bersamaan dengan akhir pengiriman ACK menandakan proses transfer frame telah selesai dan memulai contention window berikutnya.
Mekanisme RTS/CTS dapat dijelaskan melalui analogi berikut. Jika terdapat STA A akan mengirim data ke STA B, maka STA A akan mengindera kanal dalam durasi DIFS. Setelah itu, STA A mengirim frame RTS ke STA B, dan STA B membalasnya dengan paket CTS menandakan bahwa dirinya sedang idle. Pengiriman CTS bersamaan dengan NAV yang dikirim secara broadcast ke STA lainnya. Setelah mekanisme RTS/CTS dilaksanakan, maka STA A diizinkan untuk mengirim data setelah durasi SIFS berakhir.

 Gambar 2 Mekanisme RTS/CTS dan NAV

Frame RTS dan CTS terdiri dari 20 octets dan 14 octets secara berurutan. Penggambaran frame RTS ditunjukkan melalui Gambar 3, sedangkan frame CTS melalui Gambar 4.

Gambar 3 Frame RTS

Gambar 4 Frame CTS

Proses pengiriman menggunakan mekanisme RTS/CTS secara lebih rinci ditunjukkan melalui diagram waktu pada Gambar berikut.


Gambar 5 Diagram waktu RTS/CTS

Prosedur ACK dan CTS

Acknowledgement (ACK) adalah paket frame yang dikirimkan oleh STA penerima apabila paket yang dikirimkan oleh STA pengirim telah berhasil diterima seluruhnya. Paket ACK yang digambarkan melalui Gambar 6, dikirim oleh satu STA yang bukan berupa AP. Sebuah frame ACK akan dikirimkan setelah periode SIFS tanpa mempedulikan medium sedang idle atau busy. Proses awal adalah setelah dikirimkannya paket MAC protocol data unit (MPDU), maka STA pengirim harus menunggu dalam durasi ACK Timeout untuk menentukan apakah paket tersebut berhasil diterima di STA tujuan atau tidak. Jika durasi ACK Timeout telah tercapai dan frame ACK tidak diterima oleh STA pengirim, maka STA pengirim akan menyimpulkan bahwa frame gagal dikirim atau rusak. Selanjutnya, frame MPDU akan dikirim ulang setelah proses backoff selesai oleh STA pengirim.
Jika terdapat satu STA menerima pesan request RTS dari STA lain, maka STA penerima harus mengirim frame CTS. Frame ini dikirim setelah periode SIFS sebagai balasan yang tertuju pada STA pengirim jika ditemukan bahwa medium sedang idle. Sedangkan, jika diketahui medium tidak dalam kondisi idle, maka STA penerima tidak harus membalas dengan pesan CTS. Setelah STA pengirim mengirimkan RTS, maka STA harus menunggu dalam durasi CTS Timeout. Jika tidak ada balasan CTS dalam durasi CTS Timeout, maka STA pengirim dapat menyimpulkan bahwa pengiriman RTS tersebut gagal dan akan memulai prosedur backoff.

Gambar 6 Frame ACK

Read More

Rabu, 13 Januari 2016

Cara Membuat Bootable USB untuk Windows Tanpa Software Khusus

Hai.
Salam sehat ya.. semoga semua yang membaca ini sehat dan bahagia selalu :)


Kali ini saya akan menjelaskan cara membuat bootable windows pada USB. Caranya gampang loh, kita gak perlu memakai software khusus yang harus diinstall terlebih dahulu pada PC kita. Karena kita cukup menggunakan CMD (command prompt). So, cekidot...

Pertama yang harus kita siapkan antara lain:

  1. Flashdisk atau harddisk minimal 8GB
  2. File Windows 7/8/8.1/10 dalam format ISO
  3. Software WinRAR (semua PC pasti udah keinstall WinRAR kan ya)


Gini nih tahapan pengerjaannya...Disimak baik-baik yaa

  1. Buka command prompt (CMD) pada PC kalian, bisa lewat tools Run (CTRL + R) trus ketik 'cmd', ATAU klik kanan pada logo Windows di pojok kiri bawah jendela desktop dan plih command prompt.
  2. Selanjutnya, ketik 'diskpart' lalu ENTER. Maka akan muncul pop up izin pengaksesan diskpart, pilih YES dan akan muncul jendela baru (jendela diskpart).
  3. Ketik 'disk list' untuk mencari tahu USB yang akan kita jadikan bootable USB diaggap sebagai nomor disk ke-berapa oleh PC kita. Cara mengeceknya adalah dari ukuran/kapasitas flaskdisk yang kita miliki.
  4. Kemudian, kelik 'select disk X'. X adalah nomor disk sesuai dengan flashdisk kita, misalkan jika flaskdisk kita dianggap sebagai Disk 1 oleh PC, maka ketiklah 'select disk 1', dst.
  5. Ketik 'clean' untuk memformat flashdisk yang kita gunakan.
  6. Ketik 'create partition primary' untuk membuat partisi utama pada flashdisk.
  7. Berikutnya, ketik 'select partition 1' karena hanya ada 1 buah partisi (yaitu partisi primer).
  8. Ketik 'active'.
  9. Langkah selanjutnya disesuaikan dengan format disk, apakah NTFS atau FAT 32. Jika NTFS maka ketik 'format fs=ntfs quick' , sedangkan jika FAT 32 maka ketik 'format fs=fat32 quick'.
  10. Ketik 'assign' dan akan muncul jendela baru dari isi pada flashdisk kita, menandakan bahwa flashdisk sudah siap diisi dengan file windows.
  11. Ketik 'exit'.
  12. Selanjutnya, pada file windows berekstensi ISO yang kita milliki, lakukan klik kanan dan pilih 'extract files'. Arahkan proses ekstraksi pada flashdisk yang akan menjadi bootable USB, klik OK.
  13. Dan proses pun berjalan. Selesai.

Pada contoh hasil screenshot di bawah ini, saya menggunakan flashdisk 4GB (hanya sebagai contoh, tapi ingat minimal kapasitas flashdisk yang dapat digunakan adalah 8GB) dan memilih Disk 2 sebagai tujuan perangkat yang akan menjadi bootable.

Ketik 'diskpart' pada CMD

Lakukan sesuai langkah yang dijelaskan sebelumnya

Pada file ISO windows, Klik kanan dan pilih Extract Files
Tujukan direktori ekstraksi windows ISO pada flashdisk yang akan digunakan


Terimakasih.
Semoga Ilmunya bermanfaat ya teman-teman :)



Read More

Sabtu, 07 November 2015

Teknologi Bluetooth

Bluetooth adalah teknologi wireless standard untuk pertukaran data jarak pendek yang memanfaatkan frekuensi gelombang radio UHF yang berkisar antara 2.4 s/d 2.485 GHz untuk komunikasi yang fix maupun semi-bergerak. Teknologi ini diciptakan oleh Ericsson tahun 1994.

Cara Kerja


Bluetooth hanya dapat melakukan koneksi untuk area yang sempit dengan kondisi tanpa gangguan, dengan hal ini akan menghemat daya pada baterai. Secara garis besar, blutooth bekerja pada 2 layer:
1.       Layer fisik, dimana bluetooth juga menggunakan radio frekuensi untuk transmisinya.
2.    Layer protokol, untuk mengatur signalling dan kesepakatan pengiriman antar perangkat, berapa bit yang dikirim, waktu pengiriman, dan error control dari data yang dikirim.
Bluetooth bekerja pada band 2.4 – 2.485 GHz yang dibagi menjadi beberapa channel, setiap channel memiliki bandwidth 1 MHz. Akan tetapi pada bluetooth v4.0 menggunakan BW 2 MHz yang dapat mengakomodasi 40 channel. Awalnya bluetooth hanya menggunakan modulasi GFSK (Gaussian Frequency Shift Keying), hingga akhirnya dikembangkan teknik modulasi DQPSK (Differential Quadrature Phase Shift Keying) dan 8DPSK. Bluetooth menggunakan metode spread spectrum, frequency hoping, atau sinyal full duplex dengan rate 1600 hops/detik.
Bluetooth terdiri dari beberapa kelas bergantung pada penggunaannya. Kelas 3 adalah kelas bluetooth paling minim dengan jangkauan hanya 1 meter, kelas 2 adalah kelas yang paling banyak digunakan pada perangkat komunikasi seperti pada handphone dan laptop dengan jangkauan 10 meter, dan kelas 1 untuk kebutuhan industrial dengan jangkauan 100 meter.
Bluetooth secara otomatis akan mendeteksi dan berkoneksi dengan maksimum 8 perangkat bluetooth yang lain pada waktu yang sama. Setiap perangkat tidak akan saling berinterferensi karena menggunakan kanal yang berbeda dari 79 kanal/channel yang tersedia. Jika ada dua perangkat yang akan terhubung, maka perangkat tersebut akan memilih kanal secara acak, jika kanal tersebut telah digunakan oleh perangkat yang lain, maka akan dipilih kanal lain yang masih kosong, metode ini yang disebut sebagai spread spectrum frequency hoping. Untuk meningkatkan keamanan dan meminimalkan resiko interferensi dengan perangkat yang lain, maka dua perangkat bluetooth yang terhubung akan berpindah frekuensinya yang digunakan ribuan kali per detik.
Sebuah grup yang terdiri atas dua atau lebih perangkat bluetooth yang saling terhubung bertukar data akan membentuk suatu jaringan ad hoc yang disebut piconet. Setiap perangkat memiliki kebebasan untuk bergabung atau meninggalkan grup tersebut. Salah satu perangkat akan bertindak sebagai controller (disebut sebagai master), dan perangkat lain (disebut slaves) akan mengikuti instruksi yang ada. Dua piconet atau lebih dapat bergabung menjadi satu grup yang lebih besar, yang disebut scatternet.


Proses koneksi bluetooth antar perangkat melibatkan 3 proses utama:
       a.            Inquiry
Disaat ada dua perangkat bluetooth yang tidak saling mengenal satu sama lain, satu perangkat akan berusaha untuk menemukan perangkat yang lain dengan mengirimakan inquiry request, dan perangkat lainnya akan mendengar dan merespon request tersebut dengan respond address.
      b.            Paging
Adalah proses pembentukan hubungan antara dua perangkat bluetooth. Sebelum hubungan terjadi, masing-masing perangkat perlu mengetahui alamat perangkat yang lain (yang ditemukan dalam proses inquiry).
       c.            Connection
Perangkat yang telah melewati tahap paging dapat bekerja dalam keadaan mode aktif atau mode tidur.
·         Mode aktif à adalah mode dasar dimana perangkat bluetooth dapat saling mengirim dan menerima data.
·         Mode Sniff à adalah mode penghematan daya dimana perangkat akan bekerja kurang aktif. Perangkat akan terdiam dan hanya mendengar/merespon pengiriman pada interval tertentu saja (misalkan setiap 100 ms).
·      Mode Hold à adalah mode sementara untuk pengematan daya. Perangkat akan terdiam (sleep) selama beberapa interval waktu dan selanjutnya akan menjadi mode aktif kembali seletelah interval waktu tersebut dilewati.
·     Mode Park à adalah mode tertidur yang sangat lama. Biasanya sebuah master akan menginstruksikan slave untuk ke mode park sampai master menginstruksikan kembali kepada slave untuk aktif.

Dua perangkat bluetooth dapat saling terhubung/terkoneksi secara otomatis yang disebut bonding. Bonding dapat dibentuk melalui satu proses yang disebut pairing. Saat dua perangkat melakukan pairing, maka akan terjadi pertukaran alamat, nama, dan profil yang akan disimpan pada memori masing-masing. Selain itu juga akan dikirimkan kunci rahasia yang nantinya akan memungkinkan kedua perangkat tersebut saling terhubung. Sebelum terjadi pairing, biasanya dibutuhkan proses awalan yaitu autentikasi untuk memvalidasi koneksi antar perangkat.

Contoh Perangkat


Perangkat bluetooth terdiri dari beberapa jenis, diantaranya ada yang built-in pada perangkat lain seperti di handphone dan ada juga yang berupa extended-device sebagai contohnya untuk perangkat komputer yang pluggable. Selain itu, bluetooth juga dikembangkan untuk perangkat earphone, keyboard, smartwatch, dan remote control.
              
 



Frekuensi Kerja


Bluetooth bekerja pada badn 2.4 – 2.485 GHz dengan lebar bandwidth 1-2 MHz tiap channelnya. Jumlah channel pada bluetooth bergantung pada bandwidth tiap channelnya. Jika bandwidth 2 MHz yang digunakan, maka akan terbentuk sejumlah 40 channel dari channel 0 sampai dengan 39.



Jika bandwith 1 MHz yang digunakan, maka akan ada 79 channel yang dapat digunakan dimulai dari channel 0 sampai dengan 78.


Versi Terakhir


Pengembangan bluetooth telah dilakukan beberapa kali, sampai saat ini versi terakhir dari bluetooth adalah Bluetooth v4.3. Berikut ulasan perkembangan bluetooth:
·         v1.0 dan v1.0B
Pada versi ini masih terdapat kendala pada fungsi interoperable.
·         v1.1
Diratifikasi oleh IEEE 802.15.1-2002. Sebagai versi perbaikan dari bluetooth v1.0B dengan penambahan kemungkinan channel tanpa enkripsi dan fitur RSSI (Receive Signal Strength Indicator)
·         v1.2
konektifitas yang lebih cepat dan peningkatan resistansi pada interferensi radio frekuensi dengan Adaptive frequency hoping spread spectrum. Kecepatan transmisi yang lebih cepat mencapai 721 kbps. Diratifikasi oleh IEEE 802.15.1-2005.
·         v2.0 + EDR
Ada penambahan metode Enhanced Data Rate (EDR) untuk meningkatkan kecepatan transfer mencapai 3 Mbps meskipun dalam prakteknya hanya sampai 2.1 Mbps. EDR menggunakan kombinasi modulasi GFSK dan PSK dengan dua varian, yaitu phi/4 DQPSK dan 8DPSK.
·         v2.1 + EDR
Fitur terbaru adalah Secure Simple Pairing (SSP) untuk keamanan saat awal autentikasi dan pairing dengan perangkat bluetooth yang lain, dan Extended Inquiry Response (EIR).
·         v3.0 + HS
Dipublikasikan pada Maret 2009. Secara teori dapat melakukan transfer data mencapai 24 Mbps. Fitur terbarunya adalah AMP (Alternative MAC/PHY) untuk transport kecepatan tinggi melalui bantuan 802.11.
·         v4.0
Dipublikasikan pada 30 Juni 2010. Pada versi ini diunggulakan transfer kecepatan tinggi dengan konsumsi daya yang rendah.
·         v4.1
Dipublikasikan pada 4 Desember 2013. Update terbarunya adalah pada Bluetooth Core Specification Addenda (CSA 1, 2, 3, 4) dan penambahan fitur baru untuk peningkatan dukungan dengan LTE.
·         v4.2
Dirilis pada 2 Desember 2014. Dikenalkan fitur utama untuk IoT (Internet of Things) seperti Data Length Extension.

Read More

Perkembangan WiFi

Melanjutkan pembahasan tentang WiFi dari postingan sebelumnya WiFi (Wireless Fidelity), pada bahasan kali ini akan dijelaskan tentang perkembangan WiFi dari tiap versi yang dikeluarkan oleh IEEE.

Contoh Perangkat


WLAN terdiri dari beberapa seri stadard sejak awal dikenalkan pada tahun 1999. Secara garis besar pengembangan WLAN IEEE 802.11 untuk WiFi adalah 802.11a; 802.11b; 802.11g, dan 802.11n. Berikut beberapa perbedaan antar standard-nya:

802.11a
802.11b
802.11g
802.11n
Tahun
2001
1999
2003
2009
Jangkauan
15 m indoor
100 m outdoor
30 m indoor
200 m outdoor
30 m indoor
200 m outdoor
70 m indoor
250 m outdoor
BW
20 MHz
20 MHz
20 MHz
20 MHz
40 MHz
PHY Layer
OFDM
DSSS
OFDM, DSSS
HT-OFDM
Data Rate
54 Mbps
11 Mbps
54 Mbps
260 Mbps
600 Mbps
               
                Perangkat utama pada jaringan WLAN atau WiFi adalah:
       a.            Klien/STA, dapat berupa komputer, handphone, atau laptop. Type dan brand dari vendor yang berbeda tidak membatasi komunikasi yang terjadi.


 
       b.            Access Point (AP), berfungsi sebagai transceiver.
    


Frekuensi Kerja


WLAN IEEE 802.11 bekerja pada frekuensi bebas yang tak berlisensi yaitu pada band 2.4 GHz atau 5 GHz. Penerapan frekuensi kerja bergantung pada versi standard dari WLAN, contohnya 802.11b yang bekerja di band 2.4 GHz dan 802.11a yang bekerja di band 5 GHz.
Versi Standard
802.11a
802.11b
802.11g
802.11n
Band Frekuensi
5 GHz
2.4 GHz
2.4 GHz
2.4 GHz
5 GHz
Untuk band 2.4 GHz tersedia beberapa channel yang dapat digunakan untuk perangkat AP yang berbeda. Pada band 2.4 GHz disediakan 13 channel/kanal yang dapat digunakan, akan tetapi hanya maksimum 3 channel saja yang dapat diaplikasikan di lapangan agar tidak terjadi interferensi antar channelnya, dengan bandwidth 20 MHz. Pada beberapa negara tidak semua channel dapat digunakan, tergantung pada regulasi dan alokasi frekuensi di masing-masing negara. Penggambaran channel band 2.4 GHz dengan BW 20 MHz digambarkan pada gambar dibawah ini.




Versi Terakhir


IEEE telah mengeluarkan banyak standard terkait perkembangan WiFi di dunia, perkembangan versi tersebut dapat berupa peningkatan performansi, layanan dan fitur, ataupun perubahan metode-metode terkait WLAN. IEEE mendeskripsikan pengembangan standard 802.11xx melalui prefiks huruf yang mengikuti di bagian akhir nama standard, mulai dari prefiks huruf a s/d z, dan berlanjut hingga prefiks 2 hurus ‘xx’.
Secara garis besar, pengembangan WLAN atau WiFi yang paling dikenal antara lain:
802.11 Protocol
Tanggal Rilis
Frekuensi Kerja (GHz)
Bandwidth (MHz)
MIMO Stream
a
2001
5
20
NA
b
Sept 1999
2.4
20
NA
g
Juni 2003
2.4
20
NA
n
Okt 2009
2.4 / 5
20 / 40
4
ac
Des 2013
5
20 / 40 / 80 / 160
8
ad
Des 2012
60
2, 160
NA
*NA = Not Available


Read More